Bagaimana Cara Seorang Introvert Menjadi Ekstrovert?
Bagaimana Cara Seorang Introvert Menjadi Ekstrovert?
Sebentar, kalau sifat dasar Kakak seorang introvert, kenapa Kakak ingin menjadi seorang yang ekstrovert? Apa yang membuat Kakak menjadi tidak percaya diri sebagai seorang introvert? Kenapa nggak bangga dengan diri sendiri yang bawaan dari kecilnya sudah introvert?
Kalau Kakak sedang mencari
jawaban bagaimana cara seorang introvert
menjadi ekstrovert?, saya ingin tahu dulu alasannya. Padahal menjadi
seorang introvert bukanlah sesuatu
yang memalukan. Beberapa nama besar seperti Bill Gates, Warren Buffet, Mark
Zukerberg, Zinedine Zidane, J.K. Rowling, Minato Namikaze, dan Drs. Moh. Hatta adalah
orang-orang yang terlahir dan tumbuh sebagai orang yang introvert.
Kalau Kakak nggak tahu siapa mereka, coba kenalan dulu lewat google. Biar tahu bahwa ada banyak orang introvert yang bisa memenuhi standar
kesuksesan sebagian besar manusia di bumi ini. Mereka nggak malu dengan ke-introvert-annya.
Dan yang penting, mereka tampak bahagia.
Menurut saya, dengan menjadi diri
sendiri, menerima, mensyukuri, lalu menjadikannya sebagai modal untuk bangkit
adalah cara terbaik untuk menjadi manusia yang berguna. Setidaknya berguna bagi
diri sendiri sehingga nggak sampe
minder. Dalam hal ini, minimal nggak
minder dengan kondisi introvert-nya.
Merubah karakter diri yang
awalnya introvert menjadi ekstrovert kok rasanya sama aja seperti membebani diri ya. Padahal Allah
sendiri sudah menjamin bahwa umat manusia tidak akan dibebani di luar batas
kemampuannya.
Dengan merubah diri dari introvert menjadi ekstrovert, Kakak akan merubah sifat alami diri sendiri. Sangat
berat. Kakak yang biasanya lebih suka dengan kesunyian, tiba-tiba harus
pura-pura nyaman dengan bergaul di tengah banyak orang. Ah, saya mbayanginnya aja udah nggak banget. Bakal tersiksa.
Apa nggak lebih baik menemukan cara untuk melejitkan potensi? Kayaknya itu bakal lebih mudah. Oke, apa
yang menarik dari orang ekstrovert sehingga Kakak ingin jadi seperti mereka?
Coba kita list ya berikut beserta tips yang mungkin bisa Kakak lakukan.
Hal Yang Menarik dari Seorang Ekstrovert
1. Populer dan Tidak Pernah Kesepian
Mereka tampak tidak pernah
kesepian. Selalu saja ada teman di sekitar mereka. Bahkan mereka sering kali
jadi pusat perhatian. Hal ini karena kemampuan mereka dalam menjalin koneksi
sangat baik. Mudah bergaul atau supel adalah bakat alami mereka.
Mereka hangat dan hampir selalu
bisa diandalkan untuk menjadi teman ngobrol
yang asyik. Akibatnya, mereka lebih cepat untuk menjadi populer dalam pergaulan
mereka. Dan tentu saja ini memudahkan mereka dalam mencapai tujuan mereka.
Tips untuk introvert
Kakak adalah orang yang sifat
alaminya tidak membutuhkan terlalu banyak teman. Bagi orang introvert, lebih baik teman secukupnya
saja namun memiliki ikatan yang kuat dan mendalam. Manfaatkan pertemanan di
sekitar Kakak untuk menjalin persahabatan yang saling respek dan saling
mendukung. Berusaha menjadi terkenal akan sangat menguras energi Kakak.
Jika ingin menjalin relasi baru,
coba belajarlah untuk menyapa orang-orang baru. Diawali dengan senyuman dan
sampaikan basa-basi yang nyambung
dengan kondisi saat itu. Caranya mencari basa-basi yang nyambung ya dengan meningkatkan kemampuan membaca situasi.
Bukankah Allah memerintahkan kita untuk Iqra!
atau membaca? Membaca buku, membaca
bahasa alam, membaca bahasa tubuh, dan membaca situasi dan kondisi.
Namun, kalau dirasa basa-basi sudah
tidak diperlukan, Kakak bisa melanjutkan obrolan dengan menggunakan hati.
Bukankah andlan orang intovert adalah
diskusi yang mendalam? Hubungan yang Kakak jalin tidak harus dengan orang
ekstrovert.
2. Jago Public Speaking
Pada umumnya, orang-orang
ekstrovert jago dalam public speaking
(bicara di depan publik). Mereka tampak percaya diri dalam menyampaikan idenya
dan hebatnya, mereka memiliki kemampuan yang hebat dalam mempersuasi
pendengarnya. Ini yang sering bikin iri
orang introvert.
Mereka tampak mengagumkan karena
tampaknya berhasil menjadi orang penting yang menjadi pusat perhatian karena
kepiawaiannya. Belum lagi saat mereka posting
di media sosial saat melakukan public
speaking, mereka tampak semakin keren.
Tips untuk introvert
Saya sendiri intorvert. Sampai menginjak
SMP kelas 2, kalau saya menceritakan hal lucu, teman-teman saya nggak ada yang ketawa. Tapi saya ketawa
karena menganggap bahwa cerita saya lucu.
Kabar baiknya, teman-teman saya
akhirnya ikut tertawa karena melihat saya tertawa sendiri. Kabar buruknya,
mereka menertawakan saya yang tertawa sendiri. Bukan tertawa karena cerita
saya. Sakit nggak berdarah.
Di saat itu saya terpancing untuk
berbicara cepat dan berusaha akrab. Hasilnya justru semakin dijauhi. Mungkin
mereka risih ya.
Sampai menjelang ujian nasional,
saya banyak merenung. Kan masa-masa taubat tuh ya kalau menjelang ujian
nasional jaman dulu. Saya mengurangi banyak bicara dan ketemu dengan buku Laa Tahzan karya Dr. Aidh Al Qarni. Saya
kemudian menemukan nasehat di buku itu bahwa membaca buku dapat memperbaiki
lisan saat bicara dan menata diksi agar lebih mudah dipahami oleh lawan bicara.
Kemudian, saya mencari buku lain
dari penulis yang sama, judulnya Terampil
Berdialog. Nasehat-nasehatnya didasarkan bagaimana orang-orang yang
mempunyai ketajaman hati berdialog. Mereka selalu melakukan dialog dengan lawan
bicaranya secara padat, tidak mubadzir, santun, bersahabat, namun membidik
pusat kesadaran.
Saya kembangkan dan saya latih.
Saya sering simulasi berbicara di depan cermin. Saat saya marah kepada teman
saya atau siapapun itu, saya selalu melampiaskan kemarahan saya dengan
berbicara sendiri di depan cermin. Segala argumen yang masuk akal saya
tumpahkan di situ.
Hasilnya, saat saya bicara di
dalam forum rapat organisasi ataupun profesional, teman-teman saya diam dan
bilang ingin mendengarkan saya kalau berargumen. Padahal sebelumnya mereka banyak
yang ngobrol sendiri-sendiri saat teman lainnya bersuara.
Saat melakukan wawancara dengan narasumber
yang notabene seorang dosen wanita yang sedang bad mood karena terjebak macet, dalam sepuluh menit saja keadaan
sudah berbalik. Tiba-tiba beliau menjadi sangat ramah, menceritakan perjuangan
masa mudanya, berniat menjodohkan saya dengan mahasiswinya yang mau bimbingan
skripsi, sampai mengantarkan saya untuk menemui kaprodi agar mendapatkan data
yang lebih luas.
Saat masih kuliah, saya pernah terpaksa
memberikan sambutan di depan rektor dan ribuan dosen. Prinsip saya sambutan pun
harus mempunyai isi. Dan isi tersebut harus sampai ke hati yang mendengarkan
sekaligus menjadi representasi saya mewakili apa dan siapa. Singkat cerita saya
tidak mau gagal.
Saya datangi pembina dan minta
arahan singkat. Beliau mengatakan kalau diselingi cerita akan lebih menarik.
Saya mencari ide dan esoknya saya terapkan. Hasilnya, usai acara bubaran, pembina
saya mengacungkan jempol sambil mengatakan bahwa wakil rektor I berbisik pada
beliau, “Anak ini punya taji yang kuat, Pak.”
Sombong? Bukankah kerendahan hati
lebih baik diletakkan pada tempat yang tepat? Saat ini saya hanya ingin
menyampaikan, bahwa seorang intovert pun bisa juga bicara di depan umum.
3. Percaya Diri
Nah ini kan yang bikin Kakak nggak nyaman dengan sifat intovert
Kakak? Semua keunggulan ekstrovert sepertinya semakin membuat Kakak tenggelam
pada rasa minder dan merasa tak kana mampu menggapi posisie mereka.
Mereka percaya diri karena punya
banyak teman, bisa public speaking,
bergaul dengan banyak orang, menjadi pusat perhatian, dan sebagainya.
Tips untuk introvert
Apa yang Kakak capai dengan
menjadi ekstrovert? Ingin terlihat mengagumkan? Ingin memiliki banyak teman?
Atau apa?
Bagi saya yang sudah pernah
menjalani fase itu (mempertanyakan kenapa dia bisa ekstovert sementara saya
sendiri introvert. Ingin sekali rasanya seperti dia), lebih baik fokus menjadi
manusia yang bermanfaat. Dengan apa yang sudah kita miliki, Allah ingin kita
menjadi manusia yang bermanfaat.
Berusaha menjadi orang lain agar
terkenal, tampak mengagumkan, tampak sukses, dipuja oleh banyak orang hanya
akan menguras energi Kakak sendiri. Kakak akan mudah lelah, marah pada diri sendiri,
dan bahayanya bisa marah pada Allah dan kehidupan. Kalau gagal menjadi seorang
ekstrovert, Kakak rawan mengalami depresi.
Alih-alih menjadi ekstrovert, Kakak bisa lebih dulu berdamai dulu dengan keadaan. Setelah bisa menerima semuanya, kemudian syukuri keadaan Kakak. Cepat atau lambat, Kakak bisa menemukan apa saja keistimewaa diri Kakak. Dari situ Kakak
bisa mengasah kelebihan menjadi prestasi yang membanggakan dan bermanfaat
untuk orang lain. Saat sudah memberikan manfaat pada orang lain, waktu itulah Kakak akan menjadi orang yang percaya diri.
Sebenarnya masih ada beberapa
tips lagi tapi ini udah panjang banget. Semoga next time bisa lanjut bahas ini.
Wallahu’alam.
Komentar
Posting Komentar